Begitu banyak bencana alam yang terjadi di negeri ini, tsunami, banjir, longsor, angin
putting beliung dan bencana lainnya. Lalu apa yang Internet bisa lakukan untuk
menanggulangi berbagai bencana alam yang terjadi?
Internet memiliki peran yang tidak kecil dalam proses penanggulangan bencana
alam, seperti halnya pada saat bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh di akhir
tahun 2004 dimana seluruh sarana komunikasi terputus pada waktu itu. Internet menjadi
media yang pertama kali menghubungkan Aceh dengan dunia luar, sehingga beragam
informasi dari Aceh bisa dipublikasikan ke luar Aceh.
Internet sebagai Media Komunikasi
Internet bisa dimanfaatkan sebagai media untuk berkomunikasi, baik melalui e-mail,
chatting, dan forum publik. Seperti pada saat terjadi bencana Tsunami di Aceh, dengan
Internet, relawan-relawan kemanusiaan bisa berkomunikasi via email ataupun ngobrol
dengan menggunakan Internet Messenger seperti Yahoo Messenger ataupun MSN Messenger
dengan induk organisasinya untuk berkoordinasi terkait kebutuhan logistik, laporan kondisi
dan info penting lainnya, begitu pula jurnalis bisa mengirimkan berita ke kantornya yang
berada di kota lainnya dalam waktu singkat.
Publikasi Informasi melalui Website
Internet bisa dimanfaatkan untuk menjadi media publikasi informasi, baik melalui
website ataupun mailing list. Seperti pada saat bencana banjir di Sinjai, tim relawan
mengirimkan data foto kondisi daerah Sinjai yang rusak parah terkena banjir melalui email
dan kemudian foto-foto tersebut dipublikasikan tim AirPutih melalui website
www.mediacenter.or.id sehingga masyarakat di seluruh dunia bisa melihat kondisi di sinjai.
Berita-berita terkini pun bisa diakses dengan cepat melalui website. Catatlah
beberapa media online seperti detik.com, media-indonesia.com yang menyajikan informasi
ketika terjadi bencana di sebuah tempat.
Penggalangan Dana di Internet
Penggalangan dana bantuan pun bisa dilakukan melalui internet. Situs ritel
Amazon.com saja mampu mengumpulkan lebih dari lima puluh ribu dermawan. Lebih dari
US$ 3,5 juta (Rp 32,6 miliar) akan disumbangkan lewat organisasi palang merah di Amerika
Serikat. Contoh lainnya adalah seperti yang dilakukan oleh Tim AirPutih, menggalang bantuan
dari berbagai pihak melalui media website. Walhasil, komunitas Teknologi Informasi (TI) tergerak dan memberikan berbagai macam bantuan baik berupa peralatan telekomunikasi,
komputer, dan lain sebagainya yang digunakan untuk proses penanggulangan bencana.
Mencari Orang Hilang di Internet
Selain sebagai media menyalurkan dana bantuan, internet juga dimanfaatkan sebagai
sumber informasi mencari orang hilang. Situs BBC, misalnya, memungkinkan seorang warga
negara Belanda bernama Rob Delissen untuk melacak keluarganya yang ada di pulau Koch
Racha Yai. Pulau tersebut terletak di bagian selatan dari Phuket, Thailad, salah satu daerah
korban tsunami. Begitu juga Situs MediaCenter AirPutih, memungkinkan seseorang yang
berada di kuala lumpur untuk melacak keluarganya yang berada di Aceh sehingga bisa
mengetahui keberadaannya di posko tim relawan INTI dan bisa menemuinya di posko
tersebut.

Melalui Internet, kita bisa senantiasa mengikuti perkembangan-perkembangan terkini
seperti halnya gejala-gejala alam. Beberapa ahli saat ini telah memiliki website untuk
menuliskan analisa mereka tentang gejala-gejala alam seperti yang dilakukan oleh Rovicky,
pakar geologi lulusan UGM ini melalui blognya di alamat rovicky.wordpress.com. Beliau
memaparkan pemikiran-pemikirannya seperti gempa di Aceh, analisa tentang lumpur di
sidoarjo, dan lainnya sehingga wawasan kita tentang alam ini bertambah dan bisa melakukan
antisipasi ketika bencana terjadi.
www.mediacenter.or.id pun menyajikan beragam artikel dan pengetahuan seputar
bencana alam, misalnya apakah penyebab banjir besar di Jakarta ? bagaimana rumah tahan
gempa? Bagaimana persiapan bagi warga lereng merapi ketika aktifitas merapi meningkat?
dan banyak lagi materi-materi penting lainnya yang mungkin berguna bagi kita.
sumber: http://semnas.if.upnyk.ac.id/?p=73