Pada umumnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) digunakan dalam suatu organisasi dengan tujuan meningkatkan efisiensi, kualitas, dan transparansi operasionalnya. Selain  itu, penggunaan TIK dapat mendorong terjadinya perubahan substansial  pada hubungan kekuasaan diantara semua pihak yang terelibat.  Konsekuensinya, sebagai hasil diterapkannya TIK, beberapa pihak dapat  mendapatkan tambahan kekuasaan (kekuatan), sementara pihak lain  kehilangan sebagian kekuatannya. Sejauh ini penelitian yang dilakukan  hanya pada dampak penggunaan TIK terhadap hubungan kekuasaan antara  beberapa organisasi. Literatur yang ada pun belum mampu memberikan  konsep yang sempurna mengenai isu kekuasaan antara sektor publik dan  stakeholdernya dalam konteks TIK.
Makalah  ini akan mengkaji implikasi TIK terhadap hubungan kekuasaan pada  tataran administrasi lokal. Penulis menggunakan pendekatan stakeholder  dan telah mengidentifikasi beberapa stakeholder yang relevan dalam  kajian ini. Berdasarkan hasil identifikasi stakeholder tersebut,  kemudian dilakukan analisis secara sistematis terhadap perubahan  (peningkatan/penurunan) kekuasaan dalam kerangka hubungan antara  administrasi dengan stakeholder relevan yang telah teridentifikasi. Pada  akhir makalah ini disimpulkan berupa penilaian mengenai pihak mana yang  akan menang maupun kalah (kehilangan kekuasaan).
Sesi  pertama makalah ini menetapkan tiga konseptualisasi kekuasaan yang  utama, kemudian dilanjutkan dengan deskripsi beberapa macam stakeholder  dalam administrasi lokal dan outline modelnya. Tahap ketiga makalah ini  menggambarkan karakteristik TIK dan dampak umumnya terhadap organisasi,  lebih khususnya dampak terhadap administrasi publik dan hubungan  kekuasaan. Pada sesi ke-empat, dianalisis secara sistematis beberapa  situasi dimana TIK memainkan peranan dalam hubungan kekuasaan antara  administrasi lokal dengan stakeholder tersebut. Sedangkan pada akhir  makalah ini, hasil observasi tersebut diterjemahkan kedalam bentuk  capaian atau hilangnya kekuasaan bagi tiap pihak/pelaku dalam model  stakeholder dan menunjukkan pergantian demi keseimbangan kekuatan.
2. Beberapa kategori kekuasaan
Starting  point pada bagian ini adalah bahwa kekuasaan dan hubungannya adalah  bagian dari kehidupan organisasi. Kekuasaan secara jelas memainkan  peranan secara umum dalam perubahan keorganisasian dan secara khusus  dalam transformasi sektor publik. Walaupun teori tentang perubahan  keorganisasian tidak hanya bergantung pada pertimbangan kekuasaan  tersebut, tentunya administrasi tidak bisa mengacuhkan stakeholdernya  ketika menggunakan TIK dalam melaksanakan tugas publik.
Pembagian  kategori yang digunakan di sini adalah klasifikasi kekuasaan yang  diajukan oleh Finger, Mercier, dan Brand (Finger, Mercier et al.  2000;2). Pada dasarnya secara umum ada tiga cara dalam memandang  kekuasaan, khususnya dalam keorganisasian. Kekuasaan dapat dilihat  sebagai atribut bagi pelaku (pendekatan ilmu politik), sebagai fenomena  struktural (pendekatan sosiologis), atau menempatkan kekuasaan pada  titik temu antara aktor dan struktur (pendekatan structuration theory). 
    a. Kekuasaan sebagai atribut
Pelaku memiliki derajat kekuasaan yang berbeda tergantung pada sumber dayanya (misal kekuatan finansial), reputasinya, serta gagasannya (epistemic power). Pustaka mutakhir umumnya membicarakan teori stakeholder yang di dalamnya terdapat aktor dan tujuannya. Dalam konteks ini, interaksi aktor  yang berbeda-beda dengan kekuasaan menjadi sangat kompleks. Artinya,  walaupun seseorang masih memiliki atribut kekuasaan, namun peluangnya  selalu berkurang sejalan dengan pertumbuhan jumlah pesaingnya.
  b.Kekuasaan sebagai dominasi
Pendekatan  ini didasarkan pada gagasan bahwa organisasi adalah miniatur  masyarakat, yakni struktur sosial yang kompleks tersusun dari  bermacam-macam kepentingan dan golongan yang mengusungnya. Banyak  kepentingan yang saling bertentangan, sehingga menyulut terjadinya  konflik. Dengan demikian, seorang atau golongan akan memenangkan  kepentingannya atas golongan lainnya melalui jalur formal atau  non-formal. Pendekatan sosiologis ini melihat aturan dan struktur  organisasi sebagai jalan untuk menggunakan dominasi seseorang di dalam  organisasi.
c. Kekuasaan sebagai relasi (hubungan)
Yaitu  menempatkan kekuasaan pada titik temu antara seseorang dan strukturnya.  Pendekatan ini disebut juga teori strukturasi. Michael Crozier  (Crozier, 1963) menyatakan bahwa seseorang atau golongan akan berjuang demi kekuasaan, lebih tepatnya, dia berjuang demi kemampuan membuat norma dan aturan yang mengatur lingkungannya. Kekuasaan selalu dihasilkan dari proses dialektikal negosiasi antara orang per orang atau seseorang dengan aturan-aturan dan norma institusional. 
Penelitian  ini difokuskan pada pendekatan ketiga, yaitu toeri strukturisasi,  termasuk di dalamnya argumen-argumen kedua pendekatan terdahulu yang  mempengaruhi kemampuan seseorang mengendalikan ketidakpastian kondisi di  sekelilingnya dengan menerapkan berbagai strategi. Mungkin lebih tepat  pendekatan ini dimaknai sebagai konseptualisasi kontrol atas  ketidakpastian, daripada dimaknai sebagai konseptualisasi kekuasaan.  Akan tetapi, sebagaimana pernyataan terdahulu, terdapat beberapa alasan  mengapa peningkatan kemampuan kontrol ketidakpastian juga berarti  peningkatan kekuasaan. Konsekuensinya, ketika kita  bermaksud mengetahui pengaruh TIK terhadap posisi kekuasaan relatif  seseorang, kita harus melihat beberapa elemen yang menentukan kemampuan  seseorang dalam mengendalikan ketidakpastian, dalam menyiasati dan  bernegosiasi dengan pihak lain. Untuk mengkaji pengaruh TIK terhadap  posisi kekuasaan relatif administrasi lokal, kita harus mengembangkan  model stakeholder yang akan kita bahas pada bagian selanjutnya.
3. Beberapa Stakeholder Administrasi Lokal
Teori  stakeholder umumnya merupakan teori bagi perusahaan sektor pribadi.  Akan tetapi, pada kenyataannya sudut pandang teori ini dapat diterapkan  pada sektor publik, dan sebagian dapat pula diterapkan dalam konteks  keputusan manajerial dalam pemerintahan.  Berdasarkan kajian mendalam literatur seperti Bovaird 2005, Frey 2003,  Reidl 2004, teridentifikasi 9 stakeholder administrasi lokal sebagai  berikut:
1.) Warga masyarakat
Yaitu  semua fungsi seseorang sebagai individu seperti sebagai pengguna  layanan, wajib pajak, suara dalam pemilihan, dan sebagainya. Masyarakat  mempengaruhi administrasi lokal melalui pemilihan dan pemungutan suara,  serta interaksi sehari-hari mereka dengan administrasi dan politisi.  Semakin pesatnya penggunaan internet di kalangan warga masyarakat  sedikit banyak mendesak administrasi untuk mengadakan pelayanan secara  on line.
2.) Bisnis
Bisnis  adalah dasar kesejahteraan ekonomi. Bisnis sangat mempengaruhi sistem  administrasi-politik dan berada dalam hubungan yang konstan. Dalam  konteks e-government, tekanan parsial dari bisnis pada administrasi  meningkat dari fakta bahwa umumnya organisasi sektor privat memiliki  teknologi yang lebih maju daripada sektor publik. Ditambah lagi operator  sektor privat menjual barang dan jasanya kepada organisasi-organisasi  sektor publik.
3.) Administrasi publik lain
Administrasi tingkat nasional (federal), regional (kantonal) dan administrasi lokal lainnya dalam kesehariannya memiliki hubungan interaksi dengan administrasi lokal, sehingga dapat terhitung sebagai satu stakeholder penting.
4.) Politisi
Politisi  dan para pejabat, misalnya presiden atau pemimpin suatu derah  mempengaruhi kegiatan administrasi melalui keputusan dan otoritas  mereka. Disamping itu pertanyaan mengenai ukuran administrasi yang  optimal adalah keputusan politisi dan konsekuensi prioritas dimana  politisi atau pejabat tersebut memberikan kebijakan publik. Terlebih  lagi pelayan masyarakat pada umumnya dijabat oleh para politisi,  kadang-kadang berada pada basis atau orientasi politiknya.
5.) Parlemen dan lembaga peradilan
Kedua lembaga tersebut merupakan lembaga negara yang bertugas sebagai pembuat kebijakan dan aturan sebagai kerangka acuan bagi kegiatan administrasi dan interaksinya dengan pihak ketiga. 
6.) NGO, IO dan Asosiasi
NGO,  IO, Parpol dan Lembaga Asosiasi mempengaruhi sistem administrasi dan  politik melalui lobi-lobi mereka. Lembaga-lembaga tersebut  berpartisipasi atau memiliki andil dalam pembuatan kebijakan yang  mendasari kegiatan administrasi.
7.) Media 
Lembaga  administrasi menggunakan media sebagai sumber informasi. Selain itu,  media juga berperan sebagai pembuka opini publik melalui penyiaran  berita dan topik-topik informasi yang disajikan. Akhirnya, media juga  mengekspos disfungsi pada sektor publik, khususnya dalam hal  administrasi.
8.) Pihak luar negeri
Semakin  intensif hubungan sebuah negara dengan dunia luar maka kebijakan dalam  negara tersebut disesuaikan dengan aturan-aturan internasional, walaupun  pengaruh pihak luar negeri berbeda-beda sesuai dengan ukuran, kekuatan  militer dan kekuatan ekonomi suatu negara. Sebagai contoh, negara-negara  Eropa sangat mempengaruhi sistem administrasi politik di Swiss. 
9.) Tenaga kerja
Kekuasaan administrasi sangat ditentukan oleh karakter dan kapasitas para tenaga kerjanya serta hubungan diantara para tenaga kerja di dalamnya.
Singkatnya, semua stakeholder diatas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aktivitas administrasi lokal. 
4. Karakteristik dan dampak TIK
1.) Dampak umum TIK pada suatu organisasi
a. Efisiensi
Efisiensi  meliputi waktu dan biaya. Penggunaan TIK mempercepat proses kerja  melalui standarisasi, digitasi, otomatisasi sehingga meningkatkan  efisiensi waktu. TIK juga memperkecil pengeluaran biaya meskipun pada  awalnya membutuhkan biaya yang tinggi untuk pengadaan software,  hardware, layanan telekomunikasi serta pengadaan tenaga profesional  namun penggunaan TIK mempunyai beberapa keuntungan misalnya meningkatnya  pendapatan, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, penurunan biaya  operasional, menurunkan biaya pemeliharaan dan belanja serta  keuntungan-keuntungan yang tidak langsung seperti fleksibilitas  organisasi, informasi yang tepat waktu, keputusan yang lebih akurat,  kepuasan hasil kerja dan klien serta meningkatkan image perusahaan.
b. Kualitas
Penggunaan TIK mampu menurunkan kesalahan dalam pekerjaan sehingga mengoptimalkan keuntungan klien dibandingkan dengan kerja manual. Umumnya, TIK tidak hanya berarti proses  digitalisasi dari manual ke sitem internet tetapi merubah bahkan  menciptakan proses baru. Dari sini dapat dibedakan tiga dampak TIK pada  proses reproduktif, transformatif dan disruptif.
c. Transparansi
TIK menigkatkan transparansi secara keseluruhan yang meliputi suplayer, harga, ketersediaan,  demikian juga transparansi internal organisasi. TIK juga mampu  mengoptimalkan struktur organisasi dengan cara mengurangi hierarki dan  birokarasi serta lebih fleksibel.
2.) Dampak TIK tehadap administrasi publik
Dampak TIK terhadap administrasi publik tidak berbeda jauh dari dampaknya pada  dunia bisnis: pada awalnya TIK hanya berfungsi sebagai komponen  pendukung. Akhir-akhir ini TIK merupakan wilayah strategis yang  menentukan daya saing dan survival dari perusahaan privat. Perkembangan  inovasi teknologi pada sektor privat semakin mendorong diterapkannya  teknologi dalam wilayah publik. Akan tetapi, secara simultan terdapat  perbedaan antara sektor publik dan privat: “ perkembangan perubahan  pemerintah tidak sama dengan pertumbuhan perubahan sektor privat. Secara  ekonomis, pencapaian efisiensi dan penghematan akan mendapat timbal  balik berupa keuntungan atau promosi. Sementara itu pada sektor publik,  timbal balik yang didapatkan adalah pengurangan budget, pengurangan  staf, hilangnya sumberdaya dan konsolidasi program. (Fountain 2001;13).  Oleh karena itu, institusi pemerintah tidak dapat serta merta mengadopsi  konsep yang diterapkan pada wilayah komersial. Adapun perbedaan paling  menonjol dari kedua sektor tersebut adalah pemerintah tidak menjual  produk kepada konsumen dalam lingkungan yang kompetitif. Akan tetapi  pemerintah menyediakan layanan yang pasti, dan umumnya klien  (masyarakat) diikat oleh hukum dan peraturan untuk menggunakan layanan  dari provider monopolis tersebut (Wimmer, Traunmuller et al 2001). Singkatnya,  TIK yang akan digunakan dalam pemerintah dan masyarakat berdampak pada  administrasi publik dalam beberapa aspek, sebagai berikut:
a. Wilayah Legalitas
Penggunaan  TIK dalam administrasi mengandung implikasi legal, karena isu keamanan,  privasi, dan kepercayaan diperhatikan. Perbaikan dalam e-government  mendatangkan tantangan baru bagi para pengacara dan yurisdiksi karena  kegiatan kepemerintahan tertata dengan rapih dan didorong oleh kerangka  kerja yang legal seperti konstitusi, hukum, dan undang-undang. Teknologi  mengubah aturan-aturan tersebut sehingga penggunaannya pada wilayah  publik menuntut penyesuaian peraturan untuk menjaga legalitas  pemerintah, seperti tandatangan elektronik, dokumentasi elektronik,  komunikasi elektronik atara agensi pemerintah dengan masyarakat,  proteksi data, akses data bagi masyarakat, dan lain-lain.
b. Wilayah struktural/organisasional
TIK  memungkinkan adanya model baru dalam kordinasi, kontrol, dan  komunikasi, sehingga memungkinkan terjadinya perubahan dalam organisasi.  Biasanya hierarki dalam administrasi secara bertahap digantikan oleh  jaringan komputer (internet), dari birokratik menuju Networks dan  circular organization. 
c. Wilayah Finansial 
Penggunaan  TIK pada sektor publik berhubungan dengan peningkatan pendapatan dan  menghemat belanja pengeluaran. Akibatnya, investasi tersebut akan memacu  pertumbuhan ekonomi dengan jalan efisiensi proses pembayaran pada  front-office dan back-office. Dari fakta tersebut, berbagai model  matematika maupun statistik telah dikembangkan untuk menguji dampak  finansial penggunaan TIK dalam administrasi organisasi maupun  pemerintah.
d. Wilayah Relasional
Penggunaan  perangkat kerja berbasis TIK mendorong terjadinya pemerataan kemampuan  (skill) dan kompetensi diantara tenaga kerja (internal) dan antara  stakeholder (eksternal) dalam administrasi. Pertemuan antara pihak yang  berlainan menjadi tidak tergantung waktu tempat, dan perbedaan batas  geografis dengan menggunakan perangkat TIK. kemungkinan baru  berkomunikasi menjadikan hubungan langsung non-formal antara stakeholder  dengan administrasi. 
Singkatnya,  kini setiap orang sepertinya sepakat pada fakta bahwa ITK memiliki  dampak yang penting bagi administrasi dalam tataran legal, struktural,  finansial dan relasional.
3.) Dampak Teoritis TIK terhadap hubungan kekuasaan
Kini  organisasi sangat bergantung pada kemampuan teknologi para  profesionalnya. Ketergantungan ini menngakibatkan kekuasaan  seseorang/organisasi menjadi rawan, karena sumberdaya yang esensial  dikendalikan oleh para profesional. Internet dapat juga dianggap sebagai  paksaan terhadap pemerintah untuk meningkatkan kepekaannya pada rakyat,  atau juga dapat dianggap sebagai pemberdayaan Negara lebih lanjut. Internet  mengancam dominasi Negara atas informasi dan komunikasi yang  dimilikinya, yang rawan terhadap kejahatan cyber, hacker, “bugs” atau  eror pada program computer.
Penerapan  perangkat kerja baru dalam hal ini TIK dalam organisasi mendorong pada  perubahan penting yang tidak dapat dihindari mendorong pada pemerataan  kekuasaan. (Finger 2001): setiap perubahan dalam administrasi merubah  hubungan kekuasaan dan menyebabkan reaksi politis diantara pihak  terkait.
5. Dampak TIK terhadap hubungan kekuasaan model stakeholder
Kajian  dampak TIK terhadap model stakeholder yang telah dibuat dilakukan  dengan menganalisa dampaknya pada tiap-tiap elemen yang rawan. Elemen  ini menentukan kemampuan seseorang/golongan dalam mengendalikan  ketidakpastian, menyiasati dan berunding dengan pihak lain.  Elemen-elemen utama dalam konteks ini adalah:
Efisiensi waktu dan biaya
Kualitas pengambilan keputusan
Ketergantungan pada pihak ketiga
Vulnerabilitas (daya tahan terhadap ancaman luar)
Kemampuan pengawasan
Transparansi organisasi
Untuk mengkaji dampak TIK terhadap elemen-elemen tersebut, akan dibahas satu persatu model stakeholder.
1.) Masyarakat
a. Menguatkan warga masyarakat
Penerapan TIK mendukung terjadinya proses transformasi sosial dan kultural. Sehingga pengenalan TIK merupakan bagian, bahkan suport, atas  transformasi dalam hal hubungan warga-negara menjadi customer-negara.  Customer (pelanggan) memiliki arti yang lebih pas daripada warga yang  dinilai sarat kesibukan.
Hampir semua bentuk hukum dan aturan dapat didownload dari website administrator. Hal ini menurunkan ketidakseimbangan informasi antara administrasi dengan warga masyarakat.
b. Menguatkan administrasi lokal
Informasi  merupakan kekuatan. Kemampuan mencari informasi dari berbagai sumber  kini dapat diperoleh dari sumber yang terpusat (database) sehingga tidak  membutuhkan biaya yang mahal. Penggunaan data base dapat menghemat  perasional admiinistrasi, yang artinya menguatkan kemampuan  administrasi. Selain itu, fakta bahwa pelayan masyarakat dapat  mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dari tiap transaksi mengurangi  resiko seperti yang telah dialami, yaitu pemalsuan dokumen ketika warga  harus mengumpulkan berkas-berkas dari administrasi yang berbeda dan  membawanya kepada administrasi lokal. Integrasi hukum dan aturan kedalam  sistem informasi lebih jauh maningkatkan kekuatan administrasi karena minimalisasi kesalahan (error) dapat dilakukan dengan evaluasi sesuai kebutuhan masyarakat.
2.) Bisnis
a. Menguatkan bisnis
Karena  kebanyakan ahli teknologi dan informasi menjalin kontrak dengan  perusahaan-perusahaan milik perorangan, maka dominasi dan pengaruh  konsultan dan operator administrasi yang berbasis informasi semakin  meningkat. Kemitraan antara sektor privat dengan sektor publik dalam  meningkatkan produktivitas dan efisiensi pelayanannya kian hari kian  ramai, terlebih mitra TIK mendapatkan pengaruh yang besar karena  desainer sistem TIK mengatur bagaimana sistem tersebut berjalan (Guyaz  2001). Sekarang ini arsitek informasi tidak hanya sekedar perangkat  teknis saja, melainkan bentuk kekuasaan yang besar.
Dengan  menggunakan outsourcing sebagai sumber dana TIK, administrasi menjadi  sangat bergantung pada konsultan dan operator privat; mereka kehilangan  kontrol, miskin inovasi teknologi, kehilangan keuntungan strategisnya,  dan harus mengeluarkan biaya besar untuk dalam pergantian operator. 
b. Menguatkan administrasi lokal
Meskipun  demikian, outsourcing pada biaya TIK juga memiliki dampak positif bagi  administrasi yaitu penghematan operaasional melalui efisiensi yang  dicapai, pergantian yang lebih mudah menuju teknologi baru, dan  administrasi dapat terpusat dengan lebih baik pada inti bisnis. Pada  akhirnya, perusahaan privat dapat menangani puncak permintaan dan mampu  menyediakan staf menejemen TIK dengan lebih baik.
3.) Administrasi lain
a. Menguatkan administrasi lain
Negara  menjadi saling terhubung dengan baik melalui sistem informasi, tidak  hanya melalui kemitraan publik-privat namun juga melalui penyusunan  integrasi dan kesepakatan antar pemerintahan yang tergabung dalam  administrasi federal, regional, maupun lokal. Penggunaan data bersama  tidak mungkin dilakukan tanpa adanya standarisasi data. 
b. Menguatkan administrasi lokal
Kerja  sama melalui jaringan dan data bersama diatara administrasi lokal  membuka akses yang luas bagi pengetahuan baru dan menawarkan kesempatan  keunggulan atas administrasi lokal lainnya. Tebukanya kesempatan bagi  administrasi lokal ini sekaligus mempersempit kesempatan bagi  administrasi pusat.
4.) Politisi (pejabat)
a. Status quo
Perubahan  administratif seperti inisiatif e-government sangat ditentukan  keputusan politisi. Sebagai gantinya, perubahan administratif juga  mempengaruhi dan mendorong perubahan politik. Dengan demikian kita mampu  mengamati situasi status quo antara politisi (pejabat) dengan  administrasi lokal sehingga keseimbangan kekuatan tetap terjaga.
5.)  Parlemen dan peradilan
a. Menguatkan administrasi lokal
Terdapat  pertentangan mendasar antara perkembangan pesat teknologi dengan hukum  yang cenderung kaku. Lembaga legislatif tidak dapat mengejar  ketinggalannya atas evolusi teknologi yang cepat ketika membuat hukum  baru dan aturan bagi otonomi manajerial administrasi baru.
6.) NGO, IO dan asosiasi
a. Menguatkan asosiasi
Administrasi  kini terhubung dengan baik melalui sistem informasi, tidak hanya dalam  hal kesepakatan antar pemerintahan dan kerja sama antar agensi, namun  juga hubungan kemitraan privat-publik atau hubungan dengan piihak  ke-tiga seperti NGO dan asosiasi. Konsekuensinya pihak ke-tiga tersebut  dapat mengakses-hingga batas tertentu-informasi administratif, yang  merupakan ancaman bagi dominasi administrasi atas informasi yang  dimiliki.
7.) Media
a. Menguatkan administrasi lokal
Dahulu  media merupakan sumber informasi penting bagi administrasi. Namun  dengan berkembang pesatnya internet, cara berkomunikasi tradisional  yaitu “one-to-many” telah dinilai kurang seimbang dibandingkan dengan  struktur komunikasi yang baru, yaitu “many-to-many”. Dengan kata lain,  dahulu setiap administrasi memiliki informasi yang sama dan pers  bertugas menyebarkannya sewajarnya, namun sekarang administrasi tidak  lagi tergantung pada informasi media tradisional, administrasi dapat  langsung mengakses informasi secara khusus melalui internet, bahkan  dalam hal pengiklanan lowongan pekerjaan dapat dilakukan melalui  websitenya. 
8.) Negara lain
a. Menguatkan negara lain
Kondisi  luar negeri sangat mempengaruhi dan menentukan proses administratif  suatu negara, contohnya Swiss di kawasan Eropa. Meningkatnya penggunaan  TIK dalam administrasi adalah tekanan untuk dilakukannya standarisasi  data dan kesesuaiannya dengan kebutuhan internasional.
9.) Tenaga Kerja
a. meningkatkan kualitas tenaga kerja
komputerisasi  memungkinkan untuk menggabungkan beberapa spesialisasi posisi menjadi  satu pekerjaan yang diperluas. Penyatuan tugas, dimana operator  diberikan tanggung jawab lebih menggunakan informasi berbasis komputer  dan perangkat penyokong keputusan, sering diistilahkan sebagai  pemberdayaan atau perluasan pekerjaan. 
b. Meningkatkan administrasi lokal
Kebebasan  tenaga kerja dibatasi oleh software dan dapat dilihat oleh atasannya.  Hal ini mungkin dilakukan oleh TIK untuk merekam aktivitas tenaga kerja  dan menghasilkan laporan periodik dengan detail. Dengan demikian  birokrasi mulai beralih dari kontrol pengawasan langsung menuju kontrol  berbasis informasi. Pada saat yang sama, sebagian tugas tenaga kerja  digantikan oleh komputer.sumber :http://ululbanyuwangi.blog.com/2009/10/16/hubungan-teknologi-informasi-dan-komunikasi-dengan-kekuasaan-lokal-sebuah-penilaian-mengenai-dampak-yang-ditimbulkan/

0 komentar:
Posting Komentar